Monday, March 30, 2009

Bayi Sulit Tidur, Anda Penyebabnya?

Jika anda pada masa kehamilan sering dilanda stress ataupun depresi, waspadalah. Karena hal itu diduga menjadi salah satu penyebab dari kerewelan dan kesulitan tidur pada bayi pada bulan-bulan awal kehidupannya.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Rochester, New York, Amerika Serikat menyimpulkan, bahwa pada ibu-ibu hamil yang mengalami stress atau depresi akan menyebabkan gangguan pada perkembangan janin khususnya bagian otak bayi. Hal ini terjadi, karena tubuh mengeluarkan semacam hormon jika seseorang mengalami tekanan atau stress. Nah hormon inilah yang diduga menjadi penyebab terganggunya perkembangan otak janin tersebut.

Menurut ilmu kesehatan, kualitas tidur bayi pada masa-masa awal kehidupannya sangat penting. Hal ini akan menjadi indikator bagi perkembangan kesehatan dan bahkan prilakunya pada masa kanak-kanak, demikian dikatakan oleh DR. Thomas O’Connor, anggota peneliti.

Memang penelitian ini masih relatif baru, sehingga perlu pengujian lebih lanjut menyangkut kebenaran dan keabsahannya. Namun demikian, penelitian ini tetap dirasa masuk akal. Karena hubungan ibu dan bayinya begitu erat secara fisik maupun mental sejak masa kehamilan.

Beranjak dari hal ini, maka sangat tepat, jika para ibu yang sedang mengandung tidak sekedar menjaga pola makan dan asupan gizinya. Namun juga harus mampu mengelola emosi dan belajar lebih banyak melakukan relaksasi.

Menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan-lahan melalui mulut beberapa kali, dipercaya cukup untuk mengurangi tekanan emosi hati yang bergejolak.

Tuesday, March 03, 2009

JANGAN JAJAN SEMBARANGAN

Tidak dapat disanksikan lagi, anak merupakan investasi bangsa. Kepada mereka harapan negara dan bangsa ini suatu ketika akan diserahkan. Beranjak dari pemikiran tersebut, maka sudah sepantasnya kita sebagai orang tua memperhatikan perkembangan anak melalui asupan makanan yang sehat dan bergizi bagi mereka.

Pertanyaan yang sering timbul kemudian adalah bagaimana dengan kebiasaan dan pola makanan anak ketika mereka tidak berada di rumah atau ketika mereka sedang sekolah. Diketahui ternyata makanan jajanan di lingkungan sekolah sangat berisiko terjadi cemaran biologis dan kimiawi yang mengganggu kesehatan. Padahal tumbuh berkembangnya anak tergantung pada pemberian nutrisi yang baik dan benar.

Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B ( pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil).

Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Belakangan juga terungkap bahwa reaksi makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah, seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita autism.

Pemberian makanan yang benar pada anak harus melihat beberapa aspek, seperti tingkat ekonomi, sosial, dan budaya. Makanan pada anak, khususnya anak sekolah harus diberikan secara serasi dan seimbang. Serasi diartikan sebagai pemberian makanan pada anak disesuaikan dengan tingkat tumbuh kembang anak dan disesuaikan pula dengan tingkat ekonomi dan sosial serta budayanya. Seimbang adalah nilai gizinya harus disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein dan lemak.

Beranjak dari hal tersebut, sebaiknya orang tua jangan terlalu membanding-bandingkan asupan makanan anak, karena kebutuhan pada masing-masing anak berbeda, baik variasi maupun porsinya.

Harus diingat pula, pemberian makanan kepada anak-anak tidak boleh dilakukan dengan cara pemaksaan apalagi berupa ancaman. Yang harus dilakukan adalah upaya persuasif dan monitoring terhadap pola makan dan perkembangannya. Misalnya, tidak tepat jika pemberian makanan dalam jumlah sudah cukup banyak namun jenis makanannya kurang mengandung nilai gizi yang baik.

Pada usia sekolah, asupan makanan anak telah terbagi menurut jenis kelamin. Aktivitas anak laki-laki yang lebih banyak melakukan kegiatan secara fisik, memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Dilain pihak anak perempuan (umumnya usia belasan tahun) memerlukan kandungan protein dan zat besi yang lebih banyak karena mereka telah mengalami haid.

Benar juga apa yang sering dikatakan oleh orang tua kita dulu, breakfast is the most important meal of the day. Sarapan pagi adalah makanan yang paling penting dalam aktivitas harian. Begitu pula pada anak-anak sekolah, sebab waktu sekolah penuh dengan aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar.

Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur atau satu porsi bubur ayam. Atau bisa juga satu gelas susu dan buah, anak-anak akan mendapatkan kalori yang cukup untuk aktivitas awal hari mereka.

Sebagai upaya agar anak-anak tidak sembarangan membeli jajanan, mungkin perlu dipikirkan usaha dimana sekolah berusaha memberikan atau memfasilitasi pemberian makanan ringan atau makan siang di lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan menjamin agar anak tidak sembarangan membeli jajanan.